Monday, April 30, 2018

Focus Scopus Model (bagian 1)

Model ini saya "declared" pertama kali di dinding facebook pada awal Juli 2016. Saya pasang sebagai cover photo di akun ini, sebagai pengingat dan motivasi. Hanya sedikit rekan saja yang memahami gambar ini, dan saya pun memang tidak memberi penjelasan apa-apa. Sehubungan banyak rekan yang meminta saya berkisah pengalaman saya publikasi pertama kali di jurnal internasional bereputasi, maka saya sampaikan saja melalui tulisan di dinding facebook. Saya tulis secara berseri dan se-sederhana mungkin, dengan maksud untuk sama2 belajar dan berbagi, bukan bermaksud untuk menggurui. Banyak "dewa-dewa" Scopus yang berteman dengan saya di akun ini, hormat ala samurai, sensei.
--------------------------

Pada awal Juli 2016, saya akhirnya membulatkan tekad untuk mencoba publikasi di jurnal internasional bereputasi. Saya termasuk pribadi yang senang akan tantangan. Pada awal menjadi dosen di tahun 2006, saya ditantang untuk publikasi di jurnal nasional. Tantangan itu saya jawab, saat itu saya menjadi dosen pertama di kampus yang publikasi di jurnal yang diterbitkan oleh Kopertis. Ada 1 artikel saya juga yang dipublikasikan di jurnal yang diterbitkan oleh FEM-IPB, lagi-lagi, saya orang pertama yang "main di luar kandang".

Tantangan kemudian meningkat lagi, kali ini publikasi di jurnal terakreditasi Dikti. Saya pun menjawab tantangan itu dengan mempublikasikan 2 artikel saya pada jurnal yang dikelola oleh Management research center FE UI (sekarang FEB UI). Tantangan tidak berhenti sampai di situ, kali ini adalah publikasi di jurnal internasional bereputasi. Publikasi di jurnal internasional bereputasi, masak tidak bisa? Kalau orang lain bisa, maka saya juga pasti bisa. Demikian seperti itu kira2 motivasinya.

Belajar dari pengalaman merasakan artikel yang pernah ditolak (hiks hiks hiks), saya pun melakukan evaluasi mengapa saya ditolak, eh artikelnya ditolak. Saya baca dengan seksama alasan penolakan yang diberikan oleh reviewer. Pahiitt bro sis, namun pahitnya pahit jamu, pahit di lidah enak di badan.

Saya menyimpulkan satu kesalahan awal yang saya lakukan, yaitu "Saya tidak FOKUS". Alokasi waktu untuk menulis hanya sekedarnya saja, alur tulisan juga kemana-mana. Oke, kali ini harus fokus. Baca, baca, dan baca. Untuk bisa menulis, maka harus diawali dengan membaca.
--------------------------
Fokus mencari informasi, jurnal internasional seperti apakah yang termasuk dalam kategori bereputasi dan jurnal seperti apakah yang termasuk "abal-abal". Jangan dengarkan suara2 sumbang yang memperlemah motivasi, yang menganggap kita tidak mampu/ tidak kompeten, atau bahkan parahnya malah lebih memilih menyalahkan situasi. Keluarlah dari kungkungan pemikiran kelompok "orang-orang gagal", mendekatlah dengan orang-orang dengan pola pikir berenergi positif konstruktif.

Fokus di sini juga artinya berkomitmen penuh untuk mendisiplinkan diri akan sebuah target yang ingin dicapai. Ada sebuah tujuan yang ingin diraih, mustahil dicapai tanpa adanya kesungguhan dan kebulatan tekad yang kuat. Motivasi seseorang untuk publikasi itu berbeda-beda. Ada yang untuk naik pangkat, serdos, dll. Bagi saya pribadi, motivasi terbesar untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi, lebih kepada sebagai perwujudan dari "needs of achievement"

Berprestasi adalah cara saya membalas jasa, budi baik, pada orang2 yang banyak berjasa dalam hidup saya. Berprestasi juga cara saya membalas dendam pada orang-orang yang pernah berbuat tidak baik pada diri saya. Fokus pada apa yang ingin dicapai, bulatkan tekad, mental baja. Ucapkan keras2 di dalam relung hati sanubari yang paling dalam, "saya pasti bisa".
--------------------------
Bersambung ...
Tulisan ini dibuat dan diposting pada Senin 30/04/2018 jam 22.48 WIB.
Semoga bermanfaat untuk menambah semangat rekan2 para "pemburu Scopus" :-D

0 comments:

Post a Comment