#OpiniMalamJumat
Saat masa-masa merayu,
semua tebar senyum ke segala penjuru. Cium tangan pada para pemuka agama,
hingga ambil sikap heroic menggendong rakyat jelata, untuk satu kata: suara!.
Masa-masa di mana bertebaran segala dalil dan dalih untuk kemenangan jagoannya,
obral murah saja tanpa peduli asal muasal, yang penting asal membual, angkuh
bangga berotak bebal.
Banyak yang membela dengan
harap imbal berganda, tak sedikit pula yang membela dengan sukarela. Namun luka
tetap saja tak bisa diduga, di balik layar bening persegi, terpatri satu jeda
tambah menganga di dunia nyata. Waktu berlalu cerita tak pernah layu akan
segala tingkah laku, semuanya membentuk pola yang kembali “lucu”.
Opini ku opini malam jumat.
Saat secangkir teh mulai dingin diterpa hembusan angin terkondisi, saat senyum
manis sang jelita perlahan memudar dihapus jejak-jejak gerhana yang tak mampu
dipandang mata. Pena ini ingin menari dalam alunan melodi selaras dengan
imajinasi. Opini ini sekedar pahatan gelisah akan fenomena yang seakan tak
pernah lelah.
Opini Malam Jumat berkisah
jejak-jejak sejarah bentuk pola penuh gelisah. Masa-masa menyebalkan di beranda
hayal dunia maya, kembali mulai genit menggoda. Mulai informasi berbasis fakta
hingga katanya dan katanya, tak jarang hanya curiga yang tumbuh dari angkara murka.
Masa-masa menyebalkan itu
kini kembali datang menyapa beranda alam maya. Pasukan-pasukan semu akan datang
dari segala penjuru, berlomba bersikap paling lucu. Opiniku opini malam Jumat,
teriring senyum kecut yang ku pahat. Duduk manis bersiap, melihat kelucuan yang
mulai bergeliat dalam nyata maupun senyap. Mari kita nikmati segala dalil dan
dalih yang semakin rutin menari-nari, di malam Jumat ini kupahatkan dalam sebuah
opini yang mungkin tak berarti.
Bogor, 10/03/2016; 18:10 WIB
0 comments:
Post a Comment