Friday, October 2, 2015

Kisah Menuju Mekah (Bagian 1)

Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika laka 

Kalimat talbiyah ini selalu saja mampu membuat air mata ini menetes, ketika mendengarkan maupun menyaksikan para jamaah haji yang telah berkesempatan menunaikan rukun Islam yang kelima, bersenandung kalimat Talbiyah ini. 

Adapun makna dari talbiyah secara umum adalah sebagai berikut :
  1. Labbaik Allahumma Labbaik, artinya adalah kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah.
  2. Labbaika la syarika laka labbaik, artinya tiada sekutu bagi-Mu dan kami insya Allah memenuhi panggilan-Mu.
  3. Inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulka la syarika laka, artinya sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.


Sebagai seorang muslim, tentu saja saya sangat mengidamkan dapat menunaikan ibadah haji dalam rangka menyempurnakan rukun Islam. Diperlukan sebuah niat dan tekad yang sangat kuat serta ikhtiar yang sungguh-sungguh, agar memiliki kemampuan untuk dapat melaksanakan ibadah ini.

Keinginan untuk berhaji telah mulai melintasi pikiran saya, kurang lebih sejak Tahun 2012. Meski saat itu kondisi keuangan saya belum stabil dikarenakan satu dan lain hal, namun impian itu semakin "menari-nari" di lintasan pikiran ini. Hingga akhirnya saya sadari bahwa langkah awal untuk mewujudkan mimpi adalah bangun dari tidur.

Saya mendapatkan informasi bahwa waktu tunggu untuk dapat berangkat haji saat ini telah mencapai lebih dari 10 tahun, sehingga semakin memotivasi saya untuk dapat menunaikan ibadah tersebut pada usia yang masih produktif. Saya tidak ingin menunda-nunda lebih lama, karena saya khawatir kondisi fisik pada usia lebih dari 50 tahun sudah tidak prima lagi.

Bismillahirrahmaanirrahiim..... berikut ini adalah ikhtiar saya menuju Mekah untuk menunaikan ibadah haji memenuhi panggilan dan perintah dari Alloh SWT.


1. Menabung

Aktivitas menabung saya awali pada sebuah bank syariah di wilayah Bogor. Perlahan dan pasti saldo tabungan saya semakin bertambah, bahkan sempat beberapa kali saya investasikan ke dalam bentuk deposito. Hingga akhirnya setelah kurang lebih 3 tahun menabung, saldo tabungan saya pun mencukupi/memenuhi persyaratan untuk dapat diurus proses pendaftaran di kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor.


2. Memantapkan niat

Ketika saldo tabungan saya sudah mencukupi, saya tidak langsung membuka tabungan haji, namun saya memantapkan niat dan sebelumnya berdiskusi dengan istri. Keinginan saya adalah dapat menunaikan ibadah haji berdua bersama istri, namun setelah dipertimbangkan akhirnya diputuskan saya berangkat sendiri, supaya tidak memaksakan diri khususnya dalam hal finansial.

Setelah memantapkan niat, pada Rabu 30 September 2015 saya akhirnya memutuskan untuk pergi ke bank, lalu melakukan pembukaan rekening Tabungan Haji dengan dana yang dipindahbukukan dari rekening yang sebelumnya telah dibuka pada bank yang sama. Alhamdulillah akhirnya saya punya tabungan haji.

Setelah membuka rekening tabungan haji, saya pun mencari informasi syarat pendaftaran haji di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor, melalui searching Google. Hal ini agar saya lakukan dengan pertimbangan efektivitas dan efisiensi, apa sih yang tidak bisa dijawab oleh "om Google"?

Dari hasil searching di Google saya ketahui syarat-syarat sebagai berikut:
  • KTP
  • Buku Tabungan Haji
  • Kartu Keluarga
  • Akte kelahiran, Ijazah, Surat Nikah (Salah satunya saja).
  • Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas setempat (bukan dokter praktek)
  • Surat Pernyataan domisili dari Kepala Desa/Lurah yang diketahui Camat setempat di atas materai 6000.
3. Mengurus Surat Pernyataan Domisili
Kamis, 01 Oktober 2015 saya pun memutuskan untuk mengurus terlebih dahulu surat pernyataan domisili dari Lurah yang diketahui oleh Camat. 

Berikut ini tahapan yang saya lakukan:
a. Meminta surat pengantar dari RT dan RW untuk dibawa ke kelurahan



Untuk menghormati para pengurus lingkungan dan tertib administrasi, saya terlebih dahulu meminta surat pengantar dari RT dan RW sebelum saya pergi ke kelurahan. 

b. Pergi ke Kelurahan



Setelah mendapatkan surat pengantar RT RW saya pun berangkat ke kelurahan dan tiba di kelurahan sekitar pukul 09.30 WIB, salah satu staf pelayanannya adalah mahasiswi saya dan salah satu Kasie-nya adalah teman sekolah. Dikarenakan saya tidak membawa FC KK, akhirnya balik lagi ke rumah dan kembali lagi ke kelurahan sekitar 15 menit kemudian. 

Setelah menunggu sekitar 15 menit akhirnya saya mendapatkan surat pernyataan dari Kelurahan yang telah ditandatangani oleh Lurah, selanjutnya menuju ke Kecamatan Cibinong, berangkat sekitar pukul 10.30 WIB

Tiba di Kantor Kecamatan Cibinong

Ternyata dua orang petugas pelayanan di sana adalah mahasiswa saya juga, setelah ngobrol dan menunggu sekitar 10 menit Alhamdulillah surat pernyataan sudah ditandatangani oleh camat

Pulang dari kecamatan sekitar jam 11.45 WIB saya menyempatkan diri mampir ke Puskesmas yang berada di dekat rumah. Namun ternyata saya diarahkan untuk ke Puskesmas Cirimekar, karena pada puskesmas itu yang berwenang mengeluarkan surat keterangan sehat untuk melengkapi persyaratan ke Depag.

Dengan demikian, usaha melengkapi berkas persyaratan pada Kamis 01 Oktober 2015 ini membuahkan surat pernyataan dari kelurahan yang telah diketahui oleh Camat. InsyaAlloh pada pekan depan (antara 5-9 Oktober 2015) akan saya lanjutkan dengan mengurus surat keterangan sehat dari puskesmas Cirimekar.

Untuk sementara kisah menuju Mekah ini saya cukupkan, InsyaAlloh setiap rangkaian ikhtiarnya akan dikisahkan, memberi bermanfaat... itulah yang kiranya jadi harapan.

UPDATED 17/12/2015:
Baca kelanjutan "Kisah Menuju Mekah (Bagian 2) di sini

0 comments:

Post a Comment