Monday, October 19, 2015

Pengukuran Variabel



Pendahuluan
Pengukuran variabel merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kegiatan penelitian dan sebagai aspek penting dalam desain penelitian. Peneliti tidak dapat melakukan pengujian hipotesis dan memeroleh jawaban akan isu-isu penelitian, tanpa adanya pengukuran variabel. 

Pengukurannya menjadi problematika tersendiri ketika yang akan diukur adalah persepsi, sikap, maupun perasaan subjektif dari individu-individu yang menjadi subjek penelitian. Variabel yang bersifat subjektif ini menjadi kendala atau permasalahan utama dalam penelitian di bidang ilmu manajemen. Hal ini disebabkan peneliti dihadapkan pada variabel konsep yang masih abstrak dan samar-samar. Dengan demikian maka dibutuhkan adanya tahapan yang dapat membuat variabel konsep ini menjadi variabel operasional.
Operasionalisasi dan Definisi Operasional
Bambang S. Soedibjo (2005) menjelaskan operasionalisasi adalah salah satu langkah setelah kita melakukan konseptualisasi dan merupakan suatu proses untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai definisi operasional. Definisi operasional adalah definisi konkrit atau spesifik dari konsep atau konsrak yang akan diukur. Definisi operasional diturunkan berdasarkan dimensi perilaku, faset atau sifat yang dimiliki oleh sebuah konsep.

Misalnya saja konsep belajar yang merupakan konsep penting dalam dunia pendidikan. Apa yang akan kita ukur dari konsep belajar ini? Dimensi apa yang terkandung dalam konsep ini? Apa yang menjadi indikatornya? 

Agar peneliti dapat mengembangkan definisi operasional dari konsep yang akan diteliti, maka dibutuhkan studi literatur atau tinjauan pustaka dari berbagai referensi kompeten dan selaras, seperti dari artikel jurnal ilmiah maupun dari buku-buku yang terkait dengan bidang pendidikan.

Contohnya di bidang manajemen pemasaran adalah konsep kualitas jasa dari Valerie A. Zeithmal, A. Parasuraman dan Leonard L. Berry (1990). Mereka berhasil menemukan dimensi yang terkandung dalam kualitas jasa, ditetapkan sebanyak 5 (lima) dimensi yang dianggap cukup menggambarkan konsep kualitas jasa yaitu: Tangible, Reliability, Assurance, Empathy, dan Responsiveness. 

Definisi operasional merupakan sebuah konsep yang tidak berisikan alasan-alasan, anteseden, akibat maupun hubungan antar konsep. Definisi operasional memberikan penjelasan  karakteristik yang bisa diamati, agar memeroleh ukuran dari sebuah konsep. Tips praktis bagi peneliti pemula dalam meneliti adalah banyak melakukan studi literatur yang relevan dengan topik penelitian.

Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah suatu alat mekanisme di mana individual dibedakan antara yang satu dengan yang lain mengacu pada variabel yang ingin dikaji. Terdapat empat jenis skala, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.

Budi Setiawan (2013) menjelaskan tentang empat jenis skala pengukuran tersebut, yaitu sebagai berikut:
Jenis skala data untuk data kualitatif, yaitu:
1. Skala Nominal
Skala ini memberikan arti pada angka maupun nomor hanya sebagai label atau tanda untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan objek. Dengan kata lain, dalam skala Nominal, angka hanya berfungsi untuk membedakan dan sebagai simbol saja. Angka atau nomor yang lebih besar tidak mempunyai arti lebih tinggi atau lebih baik dari angka yang lebih kecil.

Contoh:
Agama : Islam = 1, Hindu = 2, Kristen = 3
Suku Bangsa : Madura = 1, Jawa = 2, Sunda = 3
Jenis kelamin : Wanita = 0, Pria = 1

2. Skala Ordinal
Pada skala ini, selain dapat dibedakan (berfungsi sebagai nominal) juga memiliki urutan tingkatan dan jarak yang tidak sama, tidak sampai berapa kali. Peringkat yang berbeda tidak menunjukkan besarnya perbedaan.

Contoh:
Pendidikan : ≤ SMA = 1, Diploma = 2, Sarjana = 3, Pascasarjana= 4
Jabatan kerja : Staff = 1, Supervisor = 2, Manajer = 3
Harga Barang : ≤ Rp. 2.000.000 = 1, Rp.2.000.001 – 3.000.000 = 2, > Rp.3.000.000 = 3

Jenis skala data untuk data kuantitatif, yaitu:
1. Skala Interval
Pada skala ini, angka yang selain berfungsi sebagai nominal (dapat dibedakan) dan ordinal (memiliki tingkatan), juga menunjukkan jarak yang sama namun tidak sampai berapa kali, dan tidak memiliki titik asal nol. 
Contoh paling mudah dari skala interval adalah suhu. Jika ditunjukkan suhu 0oC bukan berarti tidak terdapat suhu, namun merupakan penunjuk tingkat suhu yang rendah. Perhatikan beberapa contoh sebagai berikut.

Contoh:
Suhu ruangan yang naik dari 20o C sampai 30 o C, memiliki selisih jarak yang sama antara 40 o C sampai 50 o C, yakni 10 o C. Keadaan ini tidak dapat diartikan bahwa tingkat panas dari 20 o C sampai 30 o C terjadi kenaikan 1,5 kali.
Contoh:
Jarak antara jam 1 ke jam 3 memiliki selisih jarak yang sama dengan jam 3 ke jam 5, yakni 2 jam. Keadaan ini tidak dapat diartikan bahwa jam 3 adalah 3 kali jam 1.

2. Skala Rasio
Skala Rasio merupakan jenis skala yang paling powerful, karena memberi makna pada angka atau nomor sebagai label, peringkat, dan perbedaan besaran pada objek yang diukur, serta menunjukkan berapa kali, dikarenakan memiliki titik asal nol (benar-benar nol, tidak ada, atau kosong). Contoh skala rasio adalah: panjang, tinggi, lebar, berat, usia, suku bunga, nilai, volume penjualan, biaya, pangsa pasar, dan lain-lain.
Contoh:
Volume produksi PT XYZ pada Tahun 2011 adalah 2 ton. Pada Tahun 2012 PT XYZ menerima pesanan tambahan dari importir, sehingga tercatat volume produksinya adalah 6 ton. Hal ini dapat diartikan volume produksi tahun 2012 adalah 3 kali lebih besar dari volume produksi pada Tahun 2011.
Contoh:
Dzikri sebagai seorang Manajer Pemasaran pada PT XYZ, memiliki take home pay per bulan sebesar Rp.10 juta. Sedangkan Dian sebagai Manajer SDM memiliki take home pay per bulan sebesar Rp.5 juta. Dengan demikiran dapat dijelaskan bahwa Dzikri memiliki take home pay 2 kali lebih besar dari take home pay Dian.   

4 comments:

  1. Assalamu 'Alaikum
    BLOGnya keren pak, informatif, aspiratif, semoga dapat insentif. :lol:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam wr wb... nuhun pak Fasya... ammiin :-)

      Delete
  2. Keren pak, terus berkarya (Y)

    ReplyDelete